Minggu, 19 Februari 2012

Jalan Meraih Kecintaan Allah


Sebuah Catatan Singkat Bersama Syaikh Abdurrozaq -hafidhohulloh- di Masjid Istiqlal Jakarta

1. Memberikan perhatian yg serius terhadap Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya.
“Apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran? Sekiranya Al Quran itu tidak datang dari sisi Allah, maka tentulah mereka temukan banyak pertentangan di dalamnya.”

Sabtu, 18 Februari 2012

Mas Ikhwanku

Kami tiga bersaudara, aku bungsu dan satu-satunya yang paling cantik di rumah. Begitu papa selalu menggodaku, tapi kakak nomor duaku bilang, bunda lebih cantik. Begitulah hari-hari kulalui bersama mas Agung kakak nomor duaku. Kami akrab, apalagi praktis sejak Mas Galang jadi PNS di luar kota. Kami jadi lebih dekat.

Yang Pertama dari Para Wanita Penggenggam Bara

Dialah wanita shalihah itu, yang hidup bersama sang suami dalam naungan kerajaan Fir’aun. Suaminya adalah orang dekat Fir’aun, sedang ia sendiri adalah pembantu dan pengasuh puteri-puteri Fir’aun.

Allah Ta’ala mengaruniakan keimanan kepada keduanya. Sang suami tidak sabar memberitahukan keimanannya kepada Fir’aun sehingga Fir’aun pun membunuhnya.

Untukmu Ukhti Muslimah…


[Nasihat Ringkas Tentang Jilbab - Dari Radio Rodja]


Wahai Saudari Muslimah, siapakah yang menyuruhmu untuk berjilbab?
Untukmu ukhti muslimah…
kemana akan kau bawa dirimu?


Cinta Karena Allah Terhadap Lawan Jenis

Para ulama ketika membahas hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan sanad yang jayyid, Nabi bersabda ketika ada salah seorang shahabat yang mengatakan, “Aku mencintai fulan”, “Apakah Engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” “Belum”, jawab orang tersebut.
“Jika demikian pergi dan temui orang tersebut dan sampaikan rasa cintamu kepadanya”, sabda Nabi.
Akhirnya orang tersebut pergi dan menemui orang yang dimaksudkan lantas mengungkapkan rasa cinta [baca: simpatinya] kepadanya. Setelah itu dia kembali menemui Nabi dan menceritakan jawaban orang tersebut manakala mendengar ungkapan cinta yaitu “Ahabbakallahulladzi ahbabtani fihi” yang artinya semoga Allah zat yang menjadikanmu mencintaku karena mencinta dirimu.
Nabi menyalahkan pengungkapan rasa cinta dan jawabannya.

Kamis, 16 Februari 2012

Hukum Mempelajari Injil


Tanya: Bolehkah bagi seorang muslim untuk menekuni (mempelajari) Injil agar dia bisa mengetahui firman Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Isa alaihis sholatu wassalam ?

Selasa, 07 Februari 2012

All About "SURGA"


Keberadaan Surga 

Keberadaan surga ditunjukkan dengan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari al-Qur’an, di antaranya adalah firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya, 

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15) 

Disebutkan di dalam as-Shohihain (riwayat al-Bukhori dan Muslim) dari hadits Anas rodhiyAllohu ‘anhu dalam kisah Isro’ Mi’roj bahwa Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam melihat Sidrotil Muntaha dan melihat di sisinya ada Jannatul Ma’wa. Beliau bersabda, 

“Kemudian Jibril membawaku pergi hingga berhenti di Sidrotil Muntaha, maka Sidrotil Muntaha itu diliputi warna-warni yang aku sendiri tidak mengetahui apa itu. Lalu beliau bersabda, “Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya bertahtakan mutiara dan debunya terbuat dari misik.” (HR al-Bukhori dan Muslim) 

Dan di dalam riwayat lain dari Ibnu Umar rodhiyAllohu ‘anhu, Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda, 

Jaga Hati Hamba, Ya Rabb..

Aku merasakan cintaMu begitu kuat merengkuh hatiku, sehingga bibirku tak mampu berhenti melafadzkan tasbihku, dan tanpa kusadari manik-manik kristalku memburai lembut di pipiku...

Atas ketidakmampuan hatiku menerima besarnya cintaMu, Kau ciptakan ketulusan dan kesucian rasa untukku...

Jumat, 03 Februari 2012

Wahai orang berilmu…

Seorang dari salafush shalih berwasiat kepada orang berilmu,
‘Wahai orang berilmu, amalkan ilmumu, berikan kelebihan hartamu, dan tahanlah kelebihan perkataanmu kecuali sedikit pembicaraan, akan bermanfaat bagimu di sisi Tuhanmu.
Wahai orang berilmu, sesuatu yang kamu ketahui tetapi tidak kamu amalkan adalah pemotong argumentasi dan alasanmu di sisi Tuhanmu ketika kamu menemui-Nya.

Kepada Siapa Hati kita Bergantung?



Penulis : Al Ustadz Ayub Abu Ayub

“Mbah, permisi ya!” Kata-kata ini atau yang semakna ini acap kali terdengar ketika seseorang menginjakkan kakinya di wilayah yang kelihatannya jarang dikunjungi oleh makhluk yang bernama manusia. Atau sebagai kata-kata yang sering dilontarkan ketika melewati sebuah jalan tertentu yang diyakini seandainya mereka yang lewat tidak mengucapkannya maka sangat dikhawatirkan malapetaka akan menimpanya.

Ritual penyembelihan ayam hitam juga kerap dilakukan dalam rangka menolak bala. Tempat yang sering terjadi musibah di situ mesti dicucuri darah ayam hitam ini. Tentu saja dengan keyakinan dan harapan angka kecelakaan bisa hilang atau diminimalisir. Begitu juga upacara-upacara yang mempersembahkan sesajen-sesajen lengkap dengan kepala kerbaunya kepada para “penguasa” alam ini. Mulai dari “penguasa” hutan, gunung, laut, kampung, dusun, kota, hingga kepada “penguasa” jalan. Jimat-jimat, rajah-rajah dan berbagai macam bentuk simbol keberuntungan juga banyak menghiasai rumah, toko, pabrik, kantor, tubuh, dan lain sebagainya, seraya berharap keberuntungan selalu mendampingi usaha mereka.

Tak bisa diingkari lagi bahwa fenomena ini memang terjadi di tengah-tengah kita. Bahkan dengan jumlah yang tidak sedikit. Seseorang yang paling berpendidikan sekalipun kadang tak luput dari hal-hal yang demikian. Mereka yang terdidik untuk berpikir secara rasional ternyata kerasionalan itu hilang begitu saja ketika berhadapan dengan hal yang demikian. Kenapa ini bisa terjadi?